Jumat, 26 Juni 2009
JAKARTA, KOMPAS.com — Sekolah menengah kejuruan (SMK) merupakan "tongkat estafet" yang sering kali diremehkan, bahkan dilupakan orang sebagai tingkatan pendidikan yang banyak mendukung perkembangan industri kreatif di Tanah Air.
Pendapat tersebut dikemukakan oleh Muhamad Lukman, satu dari tiga orang pendiri Pixel Pilot Project di sela-sela berlangsungnya Pekan Industri Kreatif Indonesia, di Jakarta, Jumat (26/6). Pixel Pilot Project adalah sebuah kelompok kerja yang berhasil menciptakan konsep 'Batik Fractal', yaitu proses penciptaan motif batik menggunakan integrasi ilmu matematika dan komputer.
"Prestasi mereka selama ini luar biasa, banyak sudah yang mereka hasilkan, sayangnya selama ini mereka lebih sering dipandang tak lebih sebagai tukang," ujar Lukman.
Lukman menambahkan, hal itu terjadi karena selama ini mereka seakan tenggelam oleh "kakak-kakaknya" di perguruan tinggi. Mereka, siswa dan lulusan SMK itu terlalu sibuk berkutat di balik pekerjaannya. Padahal, lanjut Lukman, para siswa SMK tersebut punya basis kreativitas yang lebih hebat daripada mahasiswa teknik, sekalipun itu mahasiswa ITB.
"Saya berani katakan bahwa pada praktiknya anak SMK lebih hebat dari anak ITB karena, sejak pertama sekolah, mereka lebih banyak bergulat dengan semua pekerjaan teknis dan kuantitasnya lebih tinggi sebagai praktisi," ujar lulusan ITB ini.
Lukman menambahkan, belakangan ini sekolah SMK kian menjamur. Prestasi mereka pun bergam dan semakin banyak, mengikuti jejak "kakak-kakaknya" di ITB, ITS, dan berbagai perguruan tinggi lainnya.
"Merekalah yang kelak ikut memajukan dunia pendidikan Indonesia untuk mendukung perkembangan industri kreatif ke depan, tinggal diasah dan dimanfaatkan," ujarnya.
Sabtu, 27 Juni 2009
Hah, Anak SMK Lebih Hebat dari ITB ?
Urusan TIK, Indonesia Masih Kalah dari Vietnam
Sabtu, 27 Juni 2009
Bandung - Rupanya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di Indonesia dinilai masih kalah dari Vietnam. Perlu adanya komitmen dan kerja keras bersama antara pemangku kepentingan agar Indonesia bisa mengejar negara lain.
Demikian diungkapkan oleh Guru Besar Teknologi Informasi ITB, Profesor Doktor Suhono Harso Supangkat kepada detikINET, Jumat (26/6/2009) sore.
"Kita kompetitif dengan Vietnam. Mereka lebih progresif sehingga mereka memimpin di Asean," katanya.
Suhono mengaku peran TI tak lagi hanya untuk membuat alat canggih namun juga berperan sebagai pendorong perekonomian.
"Era broadband ekonomi adalah keniscayaan. Saat ini sudah bagus pemanfaatan ICT dalam kehidupan masyarakat. Hanya perlu komitmen dan konsistensi dari semua pihak mulai dari user, developer, bisnis proses owner dan manajemen," kata pria yang juga menjabat sebagai staf ahli Menkominfo ini.
Saat ini, imbuhnya, di masyarakat sudah mulai terlihat adanya kolaborasi. Mulai banyak pembagian tugas, siapa yang berikan advokasi dan awarness.
"Kolaborasi antara pemerintah, sekolah dan industri tampak nyata. Target pemerintah kan pada 2015, setengah penduduk Indonesia bisa melek internet. Ini masih ada waktu 6 tahun lagi dan tinggal 100 juta jiwa lagi untuk diinternetkan," katanya.
Namun Suhono berharap TI Indonesia tidak dibanding-bandingkan dengan negara lain. Menurutnya yang lebih penting adalah bagaimana TIK sudah bisa bermanfaat buat bangsa.
"Bukan perbandingannya yang harus dilihat. Namun sekarang adalah bagaimana secara konsisten TIK ini bisa menjadi transformers bagi kehidupan masyarakat Indonesia," pungkasnya.